Demi sebuah kehidupan dan masa depan yang lebih layak, maka ratusan kilometer transmigran asal Kecamatan Ngandon Kabupaten Boyolali menempuh perjalanan untuk menuju lokasi transmigrasi yang terletak UPT Rumbiya Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel). Namun harapan itu kandas setelah bus yang ditumpanginya tergelincir kemudian masuk sungai dan terbakar di kali Sewo Desa Sukra Kabupaten Indramayu.
Musibah yang terjadi pada pukul 04.30 dini hari tersebut, terjadi pada salah satu bus dari enam buah bus yang akan berangkat, dari musibah itu mengakibatkan korban meninggal dunia sebanyak 67 orang yang terdiri dari orang dewasa dan anak-anak.
Diantara rombongan yang mengalami musibah, terdapat tiga orang anak-anak selamat yang kemudian diangkat sebagai anak angkat keluarga besar transmigrasi mereka adalah Jaelani, Suyanto, dan Sangidu.
Korban tewas semuanya dimakamkan di dekat pemakaman umum yang terletak dekat lokasi kejadian. Itulah sepenggal kisah yang memilukan yang terjadi pada 11 Maret 1974 silam, yang merenggut nyawa dari para pionir pembangunan transmigrasi.
Pada Rabu (07/12/2016) di Monumen Makam Pionir Pembangunan Transmigrasi Desa Sukra Kab Indramayu dilakukan ziarah untuk kembali mengenang kejadian itu.
Nampak dalam kegiatan itu Dirjen Dirjen Penyiapan Kawasan dan Pembangunan Permukiman Transmigrasi, Kemendes PDTT Ratna Dewi Andriati, Dirjen Penyiapan Kawasan Transmigrasi, Roosari Tyas Wardani dan Wakil Bupati Indramayu H Supendi, M.Si, Kepala SKPD, Camat, anggota TNI/Polri, dan peserta ziarah lainnya, serta tiga orang yang selamat pada kejadian 1974 silam yakni Jaelani, Suyanto dan Sangidu.
H. Supendi mengatakan, ziarah ini penting dilakukan untuk kembali mengingat kejadian penting dalam sejarah pembangunan transmigrasi di Indonesia. Mereka yang meninggal di tempat ini merupakan kelompok warga pertama yang akan diberangkatkan ke lokasi transmigrasi petama kali di Indonesia, mereka adalah pionir pembangunan transmigrasi.
Di era saat ini, terang dia, transmigrasi masih bisa dijadikan salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan sosial bagi daerah yang memiliki kepadatan penduduk sangat tinggi.
Namun demikian, tidak semua orang bisa memahami akan pentingnya transmigrasi akan tetapi pihaknya tetap optimis program transmigrasi bisa menjadi salah satu solusi mengatasi sosial lainnya.
Sementara itu Kepala Bidang Pelatihan dan Penempatan Tenaga Kerja serta Transmigrasi pada Dinas Sosial dan Tenaga Kerja Kabupaten Indramayu, H. Iman Sulaiman, ST. M.Pd mengatakan, untuk tahun 2016 program transmigrasi dari Kabupaten Indramayu hanya memberangkatkan 5 kepala keluarga hal ini sesuai dengan kuota yang telah ditentukan oleh Kementrian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi RI. Para transmigran tersebut diberangkatkan ke Provinsi Gorontalo.
"Minat masyarakat Indramayu sebenarnya sangat tinggi untuk bertransmigrasi, cuma karena kuota yang telah ditentukan dan daerah tujuan juga sudah ditentukan oleh pusat maka kita memberangkatkan lima orang saja pada tahun ini," tegas Iman. DENI SANJAYA / Bagian Humas dan Protokol Setda Indramayu